Kenapa Universitas-universitas di Jerman tidak masuk top 10 ranking universitas dunia?

Hallo Freunde, kembali lagi setelah kita membahas mengenai kualitas perguruan tinggi di Jerman, tentu banyak yang bertanya-tanya, setelah disebutkan bahwa universitas di Jerman berkualitas, kenapa kalau dilihat di QS ranking, TIMES ranking, etc. tidak ada yang menempati ranking 10 besar di dunia.

Di entry ini Admin akan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi ranking universitas seperti yang disebutkan di atas.

Peringkat independent seperti Times Higher Education ranking dan QS world university ranking menunjukkan hal yang sama bahwa universitas Jerman yang paling tinggi muncul di ranking 50 dunia.

QS World University Ranking memberi bobot pada laporan akademis internal dengan 40%, Times Higher Education Ranking lebih menekankan pada pengaruh makalah akademis, pada kualitas rasio guru-murid dan pada kegiatan penelitian (masing-masing 30%).

Faktor 1: Fokus Pendidikan

Fokus pendidikan universitas Jerman adalah mendidik secara massal dan merata dan bukan secara individual atau terfokus, artinya setiap universitas negeri di Jerman mempunyai kualitas yang kurang lebih sama.

Universitas negeri Jerman dikenal di seluruh dunia karena tidak memungut biaya sekolah dan memiliki sedikit atau hampir tidak ada hambatan untuk masuk. Ini tentu saja membuat badan siswa menjadi sangat beragam. Akan tetapi, ini juga berarti bahwa angka drop-out pada mata pelajaran populer cukup tinggi, misalnya di bidang engineering dan IT.

Menurut sumber, minimal 30 % dari 100.000 peserta di NRW (salah satu negara bagian di Jerman) yang masuk tersisih setelah memasuki ujian tahun pertama.

Karena itu, tujuan umum dari masing-masing 16 negara bagian dalam sistem pendidikan Jerman adalah untuk meningkatkan pendidikan secara umum di tingkat pascasarjana atau untuk fokus pada profesionalisme mereka.

Di negara Anglo-Saxon seperti Amerika dan UK justru sebaliknya. Investasi difokuskan pada beberapa universitas dan universitas menyeleksi peserta yang terbaik.

Faktor 2: PNS (Beamte)

Ya, Profesor di Jerman adalah PNS, di mana setiap universitas sudah diberikan jatah jumlah profesor dan ditentukan oleh negara. Profesor baru hanya bisa mendapatkan kursi bilamana profesor senior sudah pensiun.

Selain itu dengan adanya sistem pendidikan dari 16 negara bagian yang unik disertai penjurusan khusus, banyak universitas mengalami masalah serius. Misalnya, RWTH Aachen atau KIT menawarkan pengajaran untuk bidang teknik yang sangat amat berkualitas, tapi tidak memiliki penawaran dalam jurusan lain.

Sumber: Indikator Penilaian Ranking

Faktor 3: Masalah bahasa

Bahasa Jerman adalah bahasa yang sangat precise. Struktur kalimat yang sama sekali berbeda harus digunakan untuk setiap masalah. Inilah salah satu dari banyak alasan mengapa bahasa Jerman cukup sulit dipelajari oleh orang asing. Sekalipun orang asing telah belajar bahasa Jerman secara umum, itu tetap tidak relevan untuk materi pembelajaran di universitas. Selain itu, banyak dosen yang enggan memberikan kuliah dalam bahasa Inggris. Ini berdampak langsung pada kuota siswa internasional.

Faktor 4: Makalah Akademik dalam bahasa Jerman?

Secara umum, universitas di negeri Jerman sangat mementingkan praktik. Pendidikan tinggi di Jerman terkenal dengan sistem dual-ausbildungnya yang akan menjadi model di Indonesia.

Jumlah makalah ilmiah yang diterbitkan dalam konteks ini bukan merupakan prioritas utama, terutama karena tidak ada yang mau repot-repot menulis makalah dalam bahasa Inggris untuk audiens internasional. Di satu sisi, hal ini dapat dimaklumi, karena apa yang dapat diungkapkan dengan kalimat bahasa Jerman harus ditulis dalam tiga kalimat dalam bahasa Inggris. Namun, publikasi ini juga jarang dibaca dan dikutip.

Di Jerman, banyak juga karya ilmiah yang ditulis untuk institut seperti Max-Planck, Fraunhofer atau perusahaan swasta. Akibatnya, artikel yang ditulis dirahasiakan atau tidak termasuk ke dalam salah satu indikator dari badan ranking.

Ini sekali lagi mempengaruhi peringkat universitas, tetapi perusahaan Jerman mendapat banyak keuntungan darinya. Istilah yang dapat dipakai adalah “Flucht nach Vorne”.

Singkat kata, peringkat internasional untuk universitas top bukan merupakan prioritas pendidikan di Jerman. Meski bahasa menghalangi internasionalisasi, kualitas pendidikan di universitas Jerman dikenal di seluruh dunia. Ini berarti bahwa pelajar asing dengan gelar yang baik di Jerman selalu memiliki peluang yang sangat bagus di pasar kerja, bahkan tanpa peringkat yang tinggi.

Salah satu yang dapat bisa diambil contoh adalah TU-Clausthal:

Walaupun TU-Clausthal sendiri tidak mempunyai ranking di lembaga ranking. TU-Clausthal merupakan salah universitas yang memiliki daya tarik bagi mahasiswa internasional terutama yang berasal dari China.

Reputasi TU-Clausthal bagi mahasiswa China merupakan salah satu dari 3 top pilihan universitas mereka untuk Jerman.

Bagaimana Freunde, tertarik untuk belajar bahasa Jerman untuk melanjutan studi ke sana?


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *